Jumat, 20 Juni 2014

73 Golongan Umat Muslim Akhir Zaman

1 Golongan Dari 73 Golongan Yang Akan Selamat Di Akherat

Kita tentu sering dengar bahwa Umat Rasululaah Muhammad SAW akan terbagi dalam 73 golongan dan haanya ada satu golongan saja yang akan selamat dalam kehidupan Akherat kelak. Ada banyak Hadits yang menyatakan tentang hal tersebut di antaranya adalah:

Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Umatku akan menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya. Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya, “Yang mana yang selamat ?” Rasulullah Saw menjawab, “ Yang mengikutiku dan para sahabatku.” HR Imam Tirmizi.

Apa sikap kita tentang perpecahan umat ini? apa yang harus kita lakukan? dan golongan mana yang harus kita pilih?. Kehidupan Akherat adalah kehidupan Final dimana ketika manusia memilih golongan yang salah maka tentu hal tersebut akan membawanya kepada sebuah penderitaan yang tidak akan berujung di Akherat kelak. Sebagaimana kita ketahui, kehidupan Akherat adalah kehidupan yang abadi, ketika manusia mengambil langkah yang salah dalam milih golongannya maka akan berakibat pada penderitaan neraka yang abadi.

Lalu golongan seperti apa yang akan selamat di Akherat kelak, merekalah golongan Ahlussunah Waljama'ah. Seperti apa ciri-ciri golongan Ahlussunnah Waljama'ah?

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd memberikan fatwa kepada kita sekalian tentang tanda-tanda golongan ini.


Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

[1] Sumber pengambilannya bersih dan akurat. Hal ini karena aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah berdasarkan Kitab dan Sunnah serta Ijma’ para Salafush Shalih, yang jauh dari keruhnya hawa nafsu dan syubhat.

[2] Ia adalah aqidah yang berlandaskan penyerahan total kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab aqidah ini adalah iman kepada sesuatu yang ghaib. Karena itu, beriman kepada yang ghaib merupakan sifat orang-orang mukmin yang paling agung, sehingga Allah memuji mereka : ” Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi orang yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib”. [Al-Baqarah : 2-3]. Hal itu karena akal tidak mampu mengetahui hal yang ghaib, juga tidak dapat berdiri sendiri dalam memahami syari’at, karena akal itu lemah dan terbatas. Sebagaimana pendengaran, penglihatan dan kekuatan manusia itu terbatas, demikian pula dengan akalnya. Maka beriman kepada yang ghaib dan menyerah sepenuhnya kepada Allah adalah sesuatu yang niscaya.

[3] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah aqidah yang sejalan dengan fithrah dan logika yang benar, bebas dari syahwat dan syubhat.

[4] Sanadnya bersambung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, tabi’in dan para imam, baik dalam ucapan, perbuatan maupun keyakinan. Ciri ini banyak diakui oleh para penentangnya. Dan memang -Alhamdulillah- tidak ada suatu prinsip pun dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang tidak memiliki dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah atau dari Salafus Shalih. Ini tentu berbeda dengan aqidah-aqidah bid’ah lainnya.

[5] Ia adalah aqidah yang mudah dan terang, seterang matahari di siang bolong. Tidak ada yang rancu, masih samar-samar maupun yang sulit. Semua lafazh-lafazh dan maknanya jelas, bisa dipahami oleh orang alim maupun awam, anak kecil maupun dewasa. Ia adalah aqidah yang berdasar kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah laksana makanan yang bermanfaat bagi segenap manusia. Bahkan seperti air yang bermanfaat bagi bayi yang menyusu, anak-anak, orang kuat maupun lemah.

[6] Selamat dari kekacauan, kontradiksi dan kerancuan. Betapa tidak, ia adalah bersumber kepada wahyu yang tak mungkin datang kepadanya kebatilan, dari manapun datangnya. Dan kebenaran tidak mungkin kacau, rancu dan mengandung kontradiksi. Sebaliknya, sebagiannya membenarkan sebagian yang lain. Allah berfirman : “Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya” [An-Nisaa : 82]

[7] Mungkin di dalamnya terdapat sesuatu yang mengandung perdebatan, tetapi tidak mungkin mengandung sesuatu yang mustahil. Dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ada hal-hal yang di luar jangkauan akal, atau tidak mampu dipahami. Seperti seluruh masalah ghaib, adzab dan nikmat kubur, shirath, haudh (telaga), surga dan neraka, serta kaifiyah (penggambaran) sifat-sifat Allah. Akal manusia tidak mampu memahami atau mencapai berbagai persoalan di atas, tetapi tidak menganggapnya mustahil. Sebaliknya ia menyerah, patuh dan tunduk kepadanya. Sebab semuanya datang dari wahyu, yang tidak mungkin berdasarkan hawa nafsu.

[8] Ia adalah aqidah yang universal, lengkap dan sesuai dengan setiap zaman, tempat, keadaan dan umat. Bahkan kehidupan ini tidak akan lurus kecuali dengannya.

[9] Ia adalah aqidah yang stabil, tetap dan kekal. Ia tetap teguh menghadapi berbagai benturan yang terus menerus dilancarkan musuh-musuh Islam, baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi maupun yang lainnya. Ia adalah akidah yang kekal hingga hari kiamat. Ia akan dijaga oleh Allah sepanjang generasi. Tak akan terjadi penyimpangan, penambahan, pengurangan atau penggantian. Betapa tidak, karena Allah-lah yang menjamin penjagaan dan kekalannya. Ia tidak menyerahkan penjagaan itu kepada seorangpun dari mahluk-Nya, Alah berfirman : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang akan menjaganya”. [Al-Hijr : 9]

[10] Ia adalah sebab adanya pertolongan, kemenangan dan keteguhan. Hal itu karena ia adalah aqidah yang benar. Maka orang yang berpegang teguh kepadanya akan menang, berhasil dan ditolong. Hal itu sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang membela kebenaran, yang tidak akan membahayakan mereka orang yang merendahkan mereka sampai datangnya keputusan Allah, dan mereka dalam keadaan demikian”. [Hadits Riwayat Muslim 3/1524]. Maka barangsiapa mengambil aqidah tersebut, niscaya Allah akan memuliakannya dan barangsiapa meninggalkannya, niscaya Allah akan menghinakannya. Hal itu telah diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah. Sehingga, ketika umat Islam menjauhi agamanya, terjadilah apa yang terjadi, sebagaimana yang menimpa Andalusia (Spanyol) dan yang lain.

[11] Ia mengangkat derajat para pengikutnya. Barangsiapa memegang teguh aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, semakin mendalami ilmu tentangnya, mengamalkan segala konsekwensinya, serta mendakwahkannya kepada manusia, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya, meluaskan kemasyhuranya serta keutamaannya akan tersebar, baik sebagai pribadi maupun jama’ah. Hal itu karena akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah akidah terbaik yang sesuai dengan segenap hati dan sebaik-baik yang diketahui akal. Ia menghasilkan berbagai pengetahuan yang bermanfaat dan akhlak yang tinggi.

[12] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah kapal keselamatan. Maka barangsiapa berpegang teguh dengannya, niscaya akan selamat. Sebaliknya barangsiapa meninggalkannya, niscaya tenggelam dan binasa.

[13] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah aqidah kasih sayang dan persatuan. Karena, tidaklah umat Islam itu bersatu dalam kalimat yang sama di berbagai masa dan tempat kecuali karena mereka berpegang teguh dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sebaliknya, mereka akan berpecah belah dan saling berselisih pendapat jika menjauh darinya.

[14] Aqidah Ahlus Suannah wal Jama’ah adalah aqidah istimewa. Para pengikutnya adalah orang-orang istimewa, jalan mereka lurus dan tujuan-tujuannya jelas.

[15] Ia menjaga para pengikutnya dari bertindak tanpa petunjuk, mengacau dan sikap sia-sia. Manhaj mereka satu, prinsip mereka jelas, tetap dan tidak berubah. Karena itu para pengikutnya selamat dari mengikuti hawa nafsu, selamat dari bertindak tanpa petunjuk dalam soal wala’ wal bara’ (setia dan berlepas diri dari orang lain), kecintaan dan kebencian kepada orang lain. Sebaliknya, ia memberikan ukuran yang jelas, sehingga tidak akan keliru selamanya. Dengan demikian ia akan selamat dari perpecahan, bercerai berai dan kesia-siaan. Ia akan tahu kepada siapa harus membenci, dan mengetahui pula hak serta kewajibannya.

[16] Ia akan memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada pengikutnya. Jiwa tidak akan gelisah, tidak akan ada kekacauan dalam pikirannya. Sebab akidah ini menghubungkan antara orang mukmin dengan Tuhannya. Ia akan rela Allah sebagai Tuhan, Pencipta, Hakim dan Pembuat Syari’at. Maka hatinya akan merasa aman dengan takdir-Nya, dadanya akan lapang atas ketentuan-ketentuan hukum-Nya, dan pikirannya akan jernih dengan mengetahui-Nya.

[17] Tujuan dan amal pengikut aqidah ini mejadi selamat. Yakni selamat dari penyimpangan dalam beribadah. Ia tidak akan menyembah selain Allah dan akan mengharapkan kepada selain-Nya.

[18] Ia akan mempengaruhi prilaku, akhlak dan mua’malah. Aqidah ini memerintahkan pengikutnya melakukan setiap kebaikan dan mencegah mereka melakukan setiap kejahatan. Ia memerintahkan keadilan dan berlaku lurus serta mencegah mereka dari kezhaliman dan penyimpangan.

[19] Ia mendorong setiap pengikutnya bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam segala sesuatu.

[20] Ia membangkitkan jiwa mukmin agar mengagungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab ia mengetahui bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah haq, petunjuk dan rahmat, karena itu mereka mengagungkan dan berpegang teguh pada keduanya.

[21] Ia menjamin kehidupan yang mulia bagi pengikutnya. Di bawah naungan aqidah ini akan terwujud keamanan dan hidup mulia. Sebab ia tegak atas dasar iman kepada Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, dan tidak kepada yang lain. Dan hal itu -dengan tidak diragukan lagi- menjadi sebab keamanan, kebaikan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Keamanan adalah sesuatu yang mengiringi iman. Maka, barangsiapa kehilangan iman, ia akan kehilangan keamanan. Allah berfirman : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [Al-An'am : 82]. Jadi orang-orang yang bertakwa dan beriman adalah mereka yang memiliki kemanan yang sempurna dan petunjuk yang sempurna pula, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, orang-orang musyrik dan pelaku maksiat adalah orang-orang yang selalu ketakutan. Mereka senantiasa diancam dengan berbagai siksaan di setiap saat.

[22] Aqidah ini menghimpun semua kebutuhan ruh, hati dan jasmani.

[23] Mengakui akal, tetapi membatasi perannya. Ia adalah aqidah yang menghormati akal yang lurus dan tidak mengingkari perannya. Jadi, Islam justru tidak rela jika seorang muslim memadamkan cahaya akalnya, lalu hanya bertaklid buta dalam persoalan aqidah dan lainnya. Meskipun begitu, peran akal tetaplah terbatas.

[24] Mengakui perasaan manusia dan membimbingnya pada jalan yang benar. Perasaan adalah sesuatu yang alami pada diri manusia dan tak seorangpun manusia yang tidak memilikinya. Aqidah ini adalah aqidah yang dinamis, tidak kaku dan beku, ia mengaku adanya perasaan manusia serta menghormatinya, tetapi bukan berarti ia mengumbarnya. Sebaliknya ia meluruskan dan membimbingnya sehingga menjadi sarana perbaikan dan pembangunan, tidak sebagai alat perusak dan penghancur.

[25] Ia menjamin untuk memberi jalan keluar setiap persoalan, baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan atau persoalan lainnya.

Dengan aqidah ini, Allah telah menyatukan hati umat Islam yang berpecah belah, hawa nafsu yang bercerai berai, mencukupkan setelah kemiskinan, mengajari ilmu setelah kebodohan, memberi penglihatan setelah buta, memberi makan dari kelaparan dan memberi mereka keamanan dari ketakutan.

[Tasharrufan (saduran) dari Mukhtasar Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Buletin AN NUR Thn. IV/No. 139/Jum'at I/R.Awal 1419H]

Jumat, 30 Mei 2014

AGAMA ISLAM DAN NABI MUHAMMAD SAW MENURUT KITAB HINDU (VEDA)


New Delhi, India

Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu
buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru
diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.
Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.

Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam.

Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra’ Mi’raj dimana Rasullulah mengendarai Buroq. Ini adalah kejadian NYATA yang TIDAK PERNAH di REKAYASA.

Mari kita simak bersama..
Sebelum Nabi Muhammad ada, Allah telah mengutus seorang Utusan pada tiap-tiap bangsa. Dan Utusan itu hanya diperuntukkan untuk Bangsa tersebut. Dan Allah mengutus Nabi Muhammad untuk segala Bangsa.

QURAN SURAT 35 : 24 Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

QURAN SURAT 33 : 40 Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

QURAN SURAT 21 : 107 Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

QURAN SURAT 34 : 28 Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.


MUHAMMAD DALAM RAMALAN HINDU

Umat Hindu percaya pada apa yang disebut Avtar. (Av) berarti Turun dan (Tr) berarti melewati. Jadi Avtar artinya diturunkan atau diutus untuk turun. Sedangkan menurut kamus Oxford, dikatakan bahwa menurut Mythology Hindu Avtar berarti Tuhan/Dewa yang turun atau Ruh yang keluar turun ke bumi dalam bentuk manusia. Kebanyakan orang Hindu percaya bahwa Avtar itu berarti Tuhan yang turun ke dunia sebagai manusia (Mirip kepercayaan umat Kristen).

Dan konsep ini tertulis dalam Bhagawad Gita Ch.4 V.7-8 yang mana dikatakan ketika agama telah dirusak, Bharata, dan bangkitnya kebathilan, maka aku akan menjelmakan diri untuk melindungi kebenaran dan untuk menghancurkan kejahatan, dan untuk menegakkan yang benar, aku akan lahir pada setiap jaman. Hal seperti ini juga disebutkan juga dalam Bhagawad Purana Khand 9; Adhyay 24; Shloka 56 yang artinya ketika kebenaran itu telah hancur dan perbuatan dosa telah semakin merajalela saya akan menjelmakan diri.

Tapi konsep Avtar ini, seperti yang dipercayai umat Hindu umumnya tidak ada secuilpun di dalam Weda. Padahal Weda adalah Kitab Suci yang paling diagungkan dalam Kitab-kitab Hindu, dan tidak boleh kitab-kitab yang lain bertentangan dengan Weda.

Karena itu para cendekiawan Hindu dalam Weda mengatakan bahwa konsep Avtar yang dipercayai oleh kebanyakan orang Hindu berbeda. Karena Avtar adalah kata yang melambangkan kepemilikan Tuhan. Itu bukan berarti bahwa Tuhan sendiri yang Turun, tetapi menunjukkan pada orang yang diutus Tuhan. Dan jika anda baca Weda, tak ada konsep Avtar di dalam Weda. Tetapi Weda mengatakan tentang manusia biasa (Resi) yang diutus Tuhan untuk membimbing umat manusia.

Dalam Atharvaveda Book. 20 Hymn 127 Shaloka 1-14 disana disebut dengan Kuntup Suktas. Kuntup artinya cairan yang ada tersembunyi dalam perut yang merujuk pada suatu gambaran bahwa seorang utusan akan datang kemudian. Secara singkat diuraikan sebagai berikut :

Mantra Pertama mengatakan bahwa dia akan disebut Narasangsa, dia akan disebut Kaurama, dia akan dilindungi dari musuh yang berjumlah 60.090 orang.
Mantra kedua mengatakan bahwa dia adalah Resi yang naik Unta.
Mantra ketiga mengatakan bahwa dia adalah Mama Rishi.
Mantra keempat mengatakan bahwa dia adalah Washwereda

Narasangsa dalam bahasa Sansekerta diambil dari kata Nar yang artinya orang dan sangsa yang artinya terpuji. Jadi Narasangsa artinya orang yang terpuji. Kenapa dalam Hindu ada istilah Narasangsa?. Karena ada orang yang sangat pantas mendapat pujian. Jadi Narasangsa dalam bahasa sansekerta artinya sama dengan Muhammad yang artinya juga orang yang terpuji.

Kaurma salah satu artinya adalah Pangeran kedamaian. Arti lainnya adalah pindah. Seperti Muhammad yang Hijrah (pindah) dari Mekah ke madinah. Jumlah 60. 090 adalah jumlah penduduk Mekah saat itu sekitar 60.000 orang.

Naik Unta, ini berarti dia bukan seorang bangsawan India, karena dalam Manusmriti Ch 11 V. 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki Unta atau Keledai. Jadi ini tidak mungkin Resi dari India dan bukan pula dari golongan Brahmana yang lebih segalanya disbanding Resi. Ini menunjukkan orang Asing.

Mama Reshi sama dengan Resi Agung, Muhammad sang nabi Agung.
Washwereda = Rabb (dalam bahasa Sansekerta) berarti orang yang terpuji.

Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dikatakan ia tidak disusui oleh ibunya. Ibunya tidak menyusuinya setelah itu dia diangkat menjadi utusan. Seperti adat di Arab yang mana anak yang lahir disusui oleh wanita lain. Dalam Atharvaveda Book 20 Hymn 21 V 6 disana disebutkan dengan istilah Akkaru yang berarti yang mendapat pujian. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Ini mengarah pada perang Ahzab (Khandaq) di jaman Nabi Muhammad. Musuh saat itu sekitar 10.000 orang,

Dalam Bhavisa Purana, dalam Pratisarag Parv 111, Khand 3 Adyay 3 Shloka 10-27 dikatakan bahwa Malecha telah merusak tanah Arab, ada musuh yang menjadi biang keladi kejahatan, Aku akan mengutus seorang utusan untuk mengalahkan musuh dan untuk membimbing manusia. Oh Raja anda tidak usah pergi, orang bodoh itu. Aku dengan anugrah ini akan mensucikan engkau. Orang yang didalam Kitab ini datang kepada Raja dan berkata Aryadharma akan tampil di muka bumi ini.

Agama kebenaran akan memimpin dunia ini. Aku diutus oleh Isyparmatama dan pengikutku adalah orang yang berada dilingkungan itu. Yang kepalanya tidak dikucir (pendeta Hindu dikucir), mereka akan memelihara jenggot dan akan mendengarkan wahyu. Mereka akan menghadiri panggilan untuk beribadah (dalam Islam yaitu Adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging Babi. Mereka tidak akan disucikan dengan tanaman semak/umbi-umbian tetapi mereka akan suci di medan Perang. Mereka akan dipanggil Musalaman yaitu perantara kedamaian

Seperti disebutkan oleh Nashpropesy, beliau diramalkan dengan nama Kalki Avtar (Avtar terakhir). Antim Rishi (Resi terakhir, Nabi Muhammad adalah nabi terakhir) menyebutkan dalam Kitab Puranas mengenai Kalki Avtar dan kedatangannya. Disebutkan dalam Bhagavata Purana Khand 12 Adhyay 2 Shloka 18-20; disebutkan bahwa dalam rumah Visnuyash (rumah kedamaian), disanalah akan dilahirkan Kalki Avtar. Diramalkan bahwa dia akan menjadi penguasa dunia dan sangat terkenal dengan sifat-sifatnya yang baik dan menonjol (sifat Nabi Muhammad yaitu Jujur, Amanah, Fathonah dll), dia akan diberi tanda-tanda. Dia akan diberi oleh Malaikat kendaraan yang cepat (nabi dalam perjalanan Isra Miraj menaiki Buraq, yang terbang cepat), dia akan menaiki kuda putih sambil memegang pedang dan dia akan mengalahkan orang-orang jahat (seperti Nabi Muhammad saat berperang).

Dalam Kitab Bhagawad Purana Khand 1 Adhyay 3 Shloka 25 dikatakan; dalam Kalium Raja akan menjadi perampok dan akan ada juru selamat di rumah Visnuyash, yang dimaksud adalah Valkikalki. Visnuyash berarti pengikut Wishnu (nama lain Tuhan) dan Abdullah (ayah Muhammad) berarti pengikut Allah. Dalam Kalki Purana Ch 2 V4 diramalkan bahwa dalam rumah Visnuyash pemimpin kampung Sambala akan lahir Kalki Avtar. Sambala dalam bahasa Arab berarti tempat yang aman dan damai. Nabi Muhammad lahir di Mekah yang terkenal dengan Darul Aman yaitu tempat yang aman dan damai. Kalki Purana 2 V 5 mengatakan dia akan datang beserta para sahabatnya, mengalahkan orang-orang jahat. Sahabat nabi yaitu Usman, Abu Bakar, Umar dan Ali. Kalki Purana 2 V 5 Ch 2 V 7 mengatakan dia akan dijaga oleh para Malaikat di Medan perang.

QURAN SURAT 3 : 125 ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda

QURAN SURAT 8 : 9 (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.

Kalki Purana Ch 2 V 11 dikatakan dalam rumah Visnuyash, dalam rumah Summati Kalki Avtar akan lahir. Summati dalam bahasa Sansekerta berarti orang yang setia, ibu Muhammad bernama Aminah yang berarti orang yang setia. Kalki Purana Ch 2 V 15 mengatakan dia akan dilahirkan pada tanggal 12 bulan pertama Madhop. Nabi Muhammad dilahirkan tanggal 12 Rabiul awal.

Dalam Samaveda (Uttararchika Mantra 1500) dikatakan bahwa dia akan dianugrahi undang-undang abadi. Dalam kitab ini Muhammad (Ahmad) ditulis dengan kata A dan Mahdi yang artinya saya sendiri. Sehingga maknanya menjadi saya sendiri yang diberi aturan abadi. Kita tahu hanya Muhammad yang diberi aturan/undang2 abadi yang tidak akan dapat dirubah sampai akhir jaman yaitu Al-Qur’an. Kalau ada yang mau merubah dapat diketahui. Kitab-kitab para nabi sebelumnya selalu dirubah-rubah oleh pengikutnya.


Nama Ahmad banyak ditemui dalam Kitab Hindu seperti dalam : Samaveda (Indra, Mantra 1520, Yahurveda Ch.31:18, Rigveda Book 8 Hymn 6 V.10, Atharvaveda Book 8 Hymn 5 V. 16 dan Atharvaveda Book 20 Hymn 126 V. 14

Nama Muhammad (Narashangsa) di temui dalam Kitab Hindu seperti dalam Rigveda Book 1 Hymn 3 V 3. Rigveda Book 1 Hymn 18 V 9, Rigveda Book 1 Hymn 106 V 4, Rigveda Book 1 Hymn 142 V 3, Rigveda Book 2 Hymn 3 V 2, Rigveda Book 5, Hymn 5 V 2, Rigveda Book 7 Hymn 2 V 2, Rigveda Book 10 Hymn 64 V 3, Rigveda Book 10, Hymn 182 V 2, Yajurveda Ch 20 V 37, Yajurveda Ch 20 V 47 Yajurveda Ch 21 V 31, Yajurveda Ch 21 V 55, Yajurveda Ch 28 V 2, Yajurveda Ch 28 V19, Yajurveda Ch 28 V 42


====================================================

Sekarang akan kita lihat dalam kitab suci agama Hindu. Ada banyak kitab dalam agama Hindu yg diakui sebagai kitab suci mereka. Dari semuanya yang dianggap paling suci adalah kitab Veda (Weda). Bila diantara kitab2x itu ada yg bertentangan, maka yg harus menjadi rujukan utama adalah Weda yg juga masih terbagi lagi menjadi beberapa kitab. Kitab2x lain selain Weda adalah : Upanishad, Smriti, Dharma Sastra, Bhagavat Gita, Puranas, dll.
Ayat2x ramalan kedatangan nabi Muhammad
Disebutkan dalam Bhavisa Purana –> dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10 to 27 :

“Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. ‘Agama kebenaran’ akan memimpin dunia ini. Saya diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikut saya adalah orang yg berada di lingkungan itu, yg kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dg tanaman semak2x/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil “Musalaman” (perantara kedamaian).”

Kalau anda baca tulisan diatas dg baik, maka anda akan melihat bahwa ciri2x dari pengikut agama kebenaran yg disebutkan adalah ciri2x yg umum terdapat pada umat Islam.

Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yg mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.

• Mantra 1 mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. “Nars” artinya orang, “sangsa” artinya “yg terpuji”. Jadi Narasangsa artinya : orang yg terpuji. Kata “Muhammad” dalam bahasa arab juga berarti : orang yg terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yg sama dg nabi Muhammad. Ia akan disebut “Kaurama” yg bisa berarti : pangeran kedamaian, dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yg hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yg akan dikalahkannya yg berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.

• Mantra 2 mengatakan : ia adalah resi yg naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.

• Mantra 3 mengatakan : ia adalah “Mama Rishi” atau resi agung. Ini cocok dg nabi agung umat Islam yaitu nabi Muhammad SAW.

• Mantra 4 mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yg terpuji. Nabi Muhammad yg juga dipanggil dg nama Ahmad adalah berarti juga “orang yg terpuji” yg terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.

Beberapa ramalan lainnya :
• Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6 dinyatakan bahwa di sana disebutkan dg istilah : “akkaru” yg artinya : “yg mendapat pujian”. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yg mana Nabi Muhammad mengalahkan musuh yg berjumlah 10.000 orang tanpa pertumpahan darah.

• Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7 dinyatakan bahwa Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga berarti seorang yatim atau seorang yg mendapat pujian. Ini mengarah pada nabi Muhammad yg seorang yatim sejak lahir dan arti kata Muhammad/Ahmad yg berarti yg terpuji, yg akan mengalahkan kepala-suku2x dari suku2x di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar 20 suku.

• Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9 nabi dipanggil dg sebutan “Suslama” yg artinya lagi2x adalah : orang yg terpuji yg merupakan arti dari nama Muhammad.

• Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dinyatakan bahwa ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dg nabi Muhammad yg tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita bernama Halimah.

• Dalam Samaveda Uttararchika Mantra 1500 dinyatakan bahwa Ahmad akan dianugrahi undang2x abadi, yg jelas mengacu pada nabi Muhammad yg akan dianugrahi kitab suci Al-Qur’an. Tapi karena orang India yg berbahasa sansekerta tidak paham kata Ahmad, maka diterjemahkan menjadi “a” dan “mahdi” yaitu “saya sendiri”, jadi diartikan “saya sendiri yg menerima undang2x abadi”. Padahal seharusnya “Muhammad sendiri yg dianugrahi undang2x abadi”.

• Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab2x Weda. Juga diramalkan pada tak kurang dari 16 tempat yg berbeda dalam kitab weda dg nama Narasangsa artinya adalah sama dg arti dari nama Muhammad, yaitu “yang terpuji”.

===================================================

Kepercayaan yang paling logis saat ini adalah mempercayai apa yang dilihat. Seperti kita ketahui bahwa mata hanyalah alat untuk melihat, sedangkan yang melihat itu sendiri adalah otak kita. Untuk melihat struktur atom tidak mungkin dilakukan oleh mata telanjang, kita menggunakan banyak percobaaan dan analisa bertahun-tahun, sehingga pada akhirnya memiliki struktur gambar lengkap dari sebuah atom. Itu adalah cara untuk melihat sesuatu yang dengan benar. Bagaimana cara melihat bahwa Bulan pernah Terbelah, Ada suatu cara bagaimana membuktikan apakah benar bulan pernah terbelah di masa lalu.

Cara yang paling gampang adalah meneliti sejarah, yang menceritakan manusia lain yang menyaksikan kejadian ini di dunia belahan lain. Bulan sebesar itu pastilah dapat dilihat juga dengan mata telanjang orang-orang di belahan bumi lain. Memang sulit mencari sejarah dimana hal itu terjadi di masa awal-awal sejarah, seperti kita ketahui bahwa semua kejadian sebelum masehi, dunia pada saat itu dikategorikan sebagai zaman purba. Tragedi terbelahnya bulan, terjadi sekitar 500 tahun sesudah masehi. Namun jangan khawatir, ternyata manuskrip tentang hal ini memang nyata ada, seorang raja India menyaksikan langsung bulan yang terbelah di depan matanya, kemudian menuliskannya dalam manuskrip.
"Belahan bumi lain kemungkinan dapat menyaksikan saat bulan terbelah mejadi Dua"

Kejadian yang berhubungan dengan Raja Malabar Charawati Farmas di dokumentasikan dalam manuscript tua di Kantor Perpustakaan India, dengan nomor Referensi : Arabic, 2807, 152-173. M. Hamidullah menulis dalam bukunya yang berjudul “Muhammad Rasulullah”.

"Terdapat tradisi yang sangat tua di Malabar, tepatnya di Selatan - Pantai Barat India, Chakrawati Farmas, salah satu dari raja mereka, telah menyaksikan bulan (moon) yang terbelah menjadi dua bagian, kejadian yang ia saksikan adalah suatu mukjizat yang dialami oleh Nabi Suci di Mekah, setelah mempelajari bahwa terdapat prediksi akan adanya Utusan Tuhan dari negeri Arab, dia mengutus anaknya sebagai wakil, kemudia ia sendiri pergi untuk menemui Utusan tersebut. Raja Malabar memeluk Islam di hadapan Nabi, dan dalam perjalanan pulang kembali ke negara asalnya, ia meninggal di di Pelabuhan Zafar, negeri Yaman. Makam "Raja India" ini menjadi makam yang bersejarah dan telah banyak dikunjungi berabad-abad hingga saat ini"

Manuskrip tua di Kantor Perpustakaan India mengungkapkan detail yang lain mengenai Perjalanan Raja Chakrawati Farmas.

Atas kejadian yang menimpa raja mereka, rakyat Malabar menjadi komunitas pertama di India yang memeluk Islam. Kemudian hari, mereka meningkatkan hubungan perdagangan dengan negara Arab, kapal-kapal negara Arab juga biasa melewati pantai India dalam perjalanan menuju Cina, jauh sebelum kedatangan Nabi Muhammad.

Kejadian yang menimpa Raja Malabar diatas, telah jauh di prediksikan oleh salah satu Kitab Ramalan Masa Depan agama Hindu, yang bernama Bhavisya Puran. Bagaimana mungkin ada kitab yang bisa meramalkan masa depan ?. Seperti yang kita ketahui mungkin bagi manusia menerima sinyal-sinyal dari masa depan. Orang-orang yang memiliki kemampuan De Javu memang selalu ada di setiap jaman, kita harus akui itu.

Bhavisya Puran adalah ramalan dalam bahasa sansakerta. Arti singkatnya adalah “Kitab Ramalan Masa Depan.” Sejak ajaran Hindu memiliki basis di India, bahkan hingga sekarang, telah diwariskan secara turun temurun bahwa kenabian atau utusan akan lahir di negara India itu sendiri. Kepercayaan ini bertentangan dengan Kitab Bhavisya Puran itu sendiri yang mengatakan bahwa Guru Besar (Great Master) akan muncul di luar negara India (mlechcha acharya) dan tinggal di daerah berpasir (marusthal). Ia akan bernama Mahaaamad. Dalam suatu paragraph singkat yang terdiri dari 18 baris syair, kata Mahaamad disebutkan sebanyak lima kali. Terdapat informasi yang menarik dalam Bhavishya Purana, bahwa Mahaamad akan menampakan tandanya pada Bhoj, penguasa dari Dhar, dan dia akan menbangun sebuah agama yang membolehkan umatnya memakan daging, dengan perintah dari Ishwar atau Tuhan.

Jika diteliti dengan baik, diketahui bahwa terdapat hubungan Bhoj, penguasa dari Dhar dengan Raja Malabar. Betul sekali Bhoj, penguasa dari Dhar adalah Raja Malabar yang bernama Chakrawati Farmas.

Raja Malabar mengetahui persis ramalan-ramalan dalam ajaran agamanya, sehingga beliau tahu persis apa yang harus dilakukan. Ramalan akan adanya utusan yang mampu membelah bulan, ditulis dalam Kalki Puran, sebuah kitab yang berisi tanda-tanda kejadian akan datangnya Avatar Terakhir yang bernama Kalki.
Kalki akan muncul di akhir Kali Yug dan akan menjadi penunjuk jalan bagi seluruh dunia
Ia akan lahir pada bulan dengan hari ke 12. (Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiual Awwal)
Orang tuanya bernama : Vishnu bhagat dan Soomati yang berarti Hamba Tuhan dan Keselamatan. (Nabi Muhammad memiliki ayah yang bernama Abdullah/hamba Tuhan dan memiliki ibu yang bernama Aminah/keselamatan).
Ia akan memiliki kegagahan dan tubuhnya harum
Ia akan mendapatkan kebijaksanaan dalam sebuah Gunung. (Nabi Muhammad pertamakali mendapatkan wahyu di Gua Hira)
Ia akan medapatkan kuda dari Tuhan, yang memiliki kecepatan yang melebihi cahaya. Ia akan mengendarainya melewati bumi dan 7 langit. (Kejadian Isra Miraj pada Nabi Muhammad)
Kalki akan membelah Bulan.


Sampai saat ini hanya kitab suci al-Quran yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad-lah yang telah membelah bulan, belum ada kitab-kitab yang lain yang dengan eksplisit menyebutkan nama orang atau suatu kejadian alam yang bertanggung jawab atas terbelahnya bulan di masa lalu. Jika begitu keadaanya, pantaslah kita beri gelar Nabi Muhammad, sebagai manusia terkuat dalam sejarah dunia.

Kenapa harus Nabi Muhammad yang memiliki kekuatan terbesar sepanjang sejarah Dunia ?

Kekuatan atau Mukjizat adalah stempel kenabian langsung dari Sang Pencipta, jadi jika ada orang yang mengaku sebagai Nabi atau Rasul, kita berhak menagih mukjizat sebagai tanda kenabian yang benar. Banyak di zaman sekarang nabi dan Rasul palsu, orang-orang seperti ini selalu mengelak jika ditagih Mukjizat, karena sebenarnya Nabi atau Rasul palsu tersebut memang manusia lemah yang pandai berbicara.

"Powerfull God has Powerfull Messenger"

Zat terkuat di alam semesta, haruslah memilih utusan-Nya yang paling kuat untuk menyebarkan ajaran-Nya. Logika ini cukup bagi para pencari kebenaran, jika mereka percaya bahwa ketundukan harus diberikan kepada Zat terkuat, dan mengikuti ajaran haruslah mengikuti dari utusan yang terkuat di dunia


SEKIAN SAYA HANYA MEMBERITAHU KEBENARAN

Tidak ada paksaan untuk memasuki agama(Islam) ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256)
(Thagut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah)

_________________
QS. Yunus (10): 36
Dan kebanyakan mereka(kafir) tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.

QS. Al-Hajj (22): 55
Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu- raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.

QS. Al-Hajj (22): 72-73
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah, “Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?” Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.
Al-Anbiya107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.


Al-Hujuraat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.

Allah Tuhan semua manusia, yang mengirimkan banyak utusan pada masing-masing kaum dan mengirimkan 1 utusan untuk semua kaum. Bahwa sebelum kelahiran nabi Muhammad hampir tidak ada 1 utusan untuk semua manusia. Nabi Muhammad-lah satu-satunya utusan untuk semua bangsa. Mungkin kita akan bertanya, mengapa tidak sejak dari awal Allah mengirimkan 1 utusan? Jawabannya sebenarnya sederhana.

Anda tentu pernah melihat baik di televisi, film atau secara langsung dimana ada beberapa tetesan air yang jatuh ke sebuah bidang dan air itu menuju ke satu titik dan akhirnya menjadi satu. Air itu bergerak menuju ke satu titik karena selain ada kesamaan juga karena ada kekuatan terpusat yang kuat. Nah seperti itulah analogi Tuhan dalam mengirim para utusan.

Kita tentu tahu bahwa dalam perkembangan manusia, manusia menghadapi hambatan transportasi dan komunikasi. Terutama pada jaman dahulu atau jaman kuno. Akan lebih sulit jika Tuhan mengirim 1 orang untuk semua bangsa. Akan lebih mudah jika masing-masing bangsa diberi 1 atau beberapa utusan dan setelah jarak antar masing-masing bangsa semakin dekat, dimana transportasi, komunikasi dan hubungan antar bangsa mulai lancar, Tuhan segera mengirimkan 1 orang utusan untuk menyatukannya. Ingat analogi air diatas.

Jadi langkah pertama adalah Tuhan mengirimkan masing-masing bangsa seorang atau beberapa orang utusan. Seperti halnya firman Allah :

Yunus 47
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولٌ فَإِذَا جَاء رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُم بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.

Fatir 24
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خلَا فِيهَا نَذِيرٌ
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

Seiring bergantinya waktu maka para utusan itu telah meninggal sehingga tidak ada yang memberi peringatan lagi alias terputus. Dan yang terjadi adalah mulai ada penyimpangan-penyimpangan didalamnya. Itulah mengapa Allah selalu mengutus utusan terbarunya untuk memperbaiki hal ini.

Al-Ma’idah 19
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ أَن تَقُولُواْ مَا جَاءنَا مِن بَشِيرٍ وَلاَ نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءكُم بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tetapi yang namanya manusia selalu menuju kesesatan. Dari jaman Adam, jaman Hindhu, Budha, Zoroaster, Kristen dan lainnya selalu terjadi penyimpangan.

An-Nahl 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya . Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Sesungguhnya meski terjadi penyimpangan, hal itu tidak sampai menghilangkan ajaran hakiki dari Tuhan semesta alam. Dimana ajaran hakiki inilah ajaran yang selalu sama dan selalu diserukan oleh setiap Utusan. Inilah Wahyu hakiki Tuhan pada beberapa agama besar :

Konsep Ketuhanan di agama Zoroaster (Dasatir, Ahura Mazda)
1. Dia itu satu
2. Dia lebih dekat padamu daripada dirimu sendiri
3. Dia diatas segala yang kamu bayangkan
4. Dia tanpa awal dan akhir
5. Dia tak punya bapak, istri dan anak
6. Dia tak berujud
7. Tak ada yang menyerupainya
8. Tak dapat dilihat dan dipahami dengan pikiran

Konsep ketuhanan di agama Hindhu :
1. “Ekam evadvitiyam” (Dia satu satunya tanpa ada duanya) [Chandogya Upanishad 6]
2. “Na casya kascij janita na cadhipah.” (Tak punya orang tua dan tuan) [Svetasvatara Upanishad 6]
3. “Na tasya pratima asti” (Tak ada yang menyerupainya) [Svetasvatara Upanishad 4]
4. “Na samdrse tisthati rupam asya, na caksusa pasyati kas canainam.” (Ujud Nya tak dapat dilihat, tak ada yang bisa melihatnya dengan mata)
[Svetasvatara Upanishad 4]

Konsep Ketuhanan di agama Yahudi :
1. “Dengarlah hai Israel : Tuhan kita adalah Tuhan yang satu.”[Ulangan 6]
2. “Akulah Tuhan, tak ada penyelamat selain Aku.”[Yesaya 43]
3. “Akulah Tuhan, Tiada Tuhan yang lain .”[Yesaya 45]
4. “Akulah Tuhan tiada yang lain; Akulah Tuhan, Tak ada yang menyerupai Ku.”[Yesaya 46]

Konsep Ketuhanan di agama Kristen :
1. “Bapaku lebih besar dari aku.” [Yohanes 14]
2. “Bapaku lebih besar dari semua.” [Yohanes 10]
3. “…Aku mengusir Setan atas kuasa Tuhan….” [Matius 12]
4. “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” [Yohanes 5]

Mungkin sekarang sudah saatnya bagi Allah Tuhan semesta alam untuk mengirimkan 1 orang utusan untuk menyatukan pesan Allah yang pernah dibawa oleh masing-masing utusan pada tiap-tiap bangsa. Dimana pesan ini sudah diberitakan oleh para utusan sebelumnya di kitab suci mereka bahwa akan ada Utusan Terakhir.

Al-Ahzab 40
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu , tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Al-Baqarah 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْياً بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ لِمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Yunus 99-100
وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لآمَنَ مَن فِي الأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعاً أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُواْ مُؤْمِنِينَ
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يَعْقِلُونَ
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

Al-Kahf 29
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَاراً أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاء كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءتْ مُرْتَفَقاً
Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

_________________

Senin, 18 November 2013

Mengkaji diri mengupas alif


Assalamu'alaikum wr. wb.

Segala puji bgi Allah Tuhan semesta alam, beruntunglah umat Islam karea Allah menganugrahkan Al Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia melalui utusanNya Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini, saya mencoba mengulas mengenai salah satu makna yang terkandung di dalam huruf hijaiyyah yang pertama yaitu "alif". Simbolisasi huruf "alif" ini dapat kita gali dalam bagian anggota tubuh kita beserta makna-maknanya, karena Allah menciptakan wujud manusia begitu sempurna yang mana setiap bagian selain memiliki fungsi masing-masing, akan tetapi lebih dari itu memiliki makna yang sangat mendalam bagi orang-orang yang mau berpikir dan mentauladani.

Salah satu yang akan kita bahas dalam anggota tubuh kita adalah "Kelima Jari Tangan  Manusia". Dalam hal ini saya mengambil contoh bagian tubuh manusia, karena Al-Qur'an diciptakan untuk manusia sebagai pedoman hidup.



  1. Huruf "alif" pada jempol atau ibu jari mewakili symbol Al Islam الإسلام  yang mana jari jempol atau ibu jari secara esensi bermakna yang paling baik, paling bagus, paling mulia dan tiada bandingannya yaitu "Al Islam" "Innaddina 'Indallahil Islam".  Artinya: "Sebenar-benarnya agama (yang di anggap sah) di akui Allah, yaitu agama Islam". Jelas sudah bahwa tiada agama yang dapat diterima di sisi Allah melainkan Islam dan agama lain niscaya akan tertolak semua amalan dan ibadahnya.
  2. Huruf "alif" pada jari telunjuk mewakili symbol Iman ايمان yang mana jari telunjuk secara esensi berfungsi untuk menunjuk arah, sedangkan untuk menuju arah yang benar dan diridoi Allah tidak cukup hanya dengan mengaku Islam, akan tetapi harus dilandasi dengan keimanan yang tertuang dalam rukun iman yang enam.
  3. Huruf "alif" pada jari tengah  mewakili symbol Ilmu العلوم yang mana jari tengah merupkan jari yang paling tinggi posisinya diantara keempat jari yang lain, artinya secara esensi bahwa Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting, karena menjalankan islam sendiri tidak cukup hanya dengan bersyahadat mengaku Islam dan memiliki Iman, namun tanpa dibekali Ilmu niscaya kita akan selalu dalam kebodohan. Ilmu adalah pelita, bahkan ayat suci Al Qur'an yang pertama adalah "Iqro" yang artinya baca, dengan melalui membaca maka kita akan tahu suatu hal, dengan mengetahui suatu hal maka kta akan mengerti dan memahami, itulah yang dinamakan Ilmu, dengan bebrkal ilmu insya Allah kita dapat menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT yang tertuang dalam kitab suci-Nya. Rasulullah SAW bersabda: أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”
  4. Huruf "alif" pada jari manis mewakili symbol Ibadah  العبادة , secara esensi jari manis kita gunakan untuk memakai perhiasan seperti cincin, maknanya adalah kita sebagai umat Islam tidak cukup hanya dengan mengaku beragama Islam dan beriman serta memiliki ilmu, namun apalah artinya bila itu semua kita tidak terapkan dan lakukan dalam suatu tindakan yang nyata yaitu Ibadah, tanpa menjalankan ibadah niscaya semua hanyalah teori belaka dan sesuatu yang kosong.  
  5. Huruf "alif" pada jari kelingking mewakili symbol Ikhlas  الإخلاص , secara nyata jari kelingking adalah jari yang paling terkecil diantara keempat jari yang lain. Seperti kita ketahui beragama Islaam, beriman, berilmu dan melaksanakan ibadah tanpa dilandasi suatu keikhlasan niscaya tidaklah akan sempurna Iman Islam kita, ikhlas dimulai dari hal yang paling terkecil, contoh nyata membayar Zakat 2,5% dari sekian banyak yang kita terima tidaklah akan membuat kita jatuh miskin, akan tetapi sulit sekali terkadang bagi manusia untuk menyisihkan bagian yang sedikit itu. Jarang sekali bersedekah dengan jumlah yang besar dilandasi dengan suatu keikhlasan, contoh kita menyumbang masjid sebesar Rp 1 juta, maka mudah sekai untuk kita selalu mengingat bahkan mengungkit-ungkit perbuatan baik kita, pada hal yang namanya ikhlas itu tidak pernah memperhitungkan, mengingat-ingat apalagi mengungkit-ingkit perbuatan baik kita. Akan tetapi jika kita membiasakan diri kita bersedekah dengan jumlah yang sedikit namun konsisten dan istiqomah sehingga tidak terasa, maka disitulah letak keikhlasan kita yang mana segala sesuatu perbuatan ibadah kita hanya untuk mengharap rido Allah SWT. 




Memahami GHAIB secara logis

 

Seperti yang kita ketahui dan fahami seputar masalah "GHAIB", hal ini mememang sangat menarik dan tidak ada habis-habisnya selalu menjadi bahan perbincangan apalagi di Negara kita ini, dengan adat dan budaya timur yang syarat akan berbau mistik dan metafisik. Ironisnya walaupun kita sekarang hidup di jaman modern yang serba canggih dengan teknologi digital hampir di semua piranti atau gadget yang kita gunakan, tetap tidak bosan-bosannya manusia membahas hal-hal yang berbau ghaib ataupun metafisika.

Sudah menjadi rahasia umum, dari kalangan bwah sampai kalangan status social yang tinggi, hal-hal yang berbau klenik, mistik atau metafisika tidak bias dipisahkan dalam berbagai sendi kehidupan, baik itu dalam dunia pekerjaan, percintaan, pergaulan bahkan sampai dikalangan elit pejabat di Negara kita tercinta ini.

Hmmm....sangat ironis sekali bukan, dimana terkadang keinginan dan hawa nafsu yang kurang terarah sehingga membutakan akal pikiran logika kita dan rela melakukakan hal-hal bahkan yang menyimpang dari aturan syariat demi tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.

Dalam kondisi kehidupan seperti ini yang syarat dengan persaingan ketat di berbagai sendi dan aspek kehidupan sehinggaa membuat orang berlomba-lomba dengan berbagai cara untuk mencapai suatu tujuan. Banyak penyedia jasa klenik atau mistik yang sering kita sebut dengan "PARANORMAL" atau dalam bahasa kunonya "DUKUN" bahkan diperindah lagi tata bahasanya dengan istilah "GURU SPIRITUAL" apapun itu toh cara dan praktek yang mereka lakukan tetap saja sama, yaitu sebagai penyedia jasa dalam hal mistik, metafisik ataupun klenik.

Memang bisnis perdukunan seperti itu sangatlah menjanjikan, selain aman dan tidak ada tuntutan, karena masing-masing pihak sepakat baik si penyedia jasa ataupun si pengguna jasa dengan satu komitmen bahwa "segala sesuatu atas kehendak-Nya".....he he he...artinya gak ada garansi harus berhasil toh, tapi yang jelas berhasil tidak berhasil, bayaran tetap aja dengan dalih biaya ritual dan sebagainya. Tetapi hal yang paing menggeitik dalam benak saya, jika paranormal atau dukun tersebut berhasil dalam menangani masalah pasiennya, maka dengan tidak segan-segan si dukun atau paranormal tersebut mengklaim bahwa itulah kehebatannya, itulah karohmahnya, kesaktiannya dsb yang ujung-ujungnya demi mendapat label "ORANG PINTAR"....hik hik hik, tapi lain halnya jik si dukun atau paranormal tersebut gagal alias tidak berhasil dalam menangani keluhan atau masalah si pasien, maka dengan enteng si dukun atau paranormal tersebut berkata dengan bijaknya "bahwa ini semua kehendak Tuhan YME, manusia hanya berusaha tetapi Tuhan lah yang menentukan segala hasilnya".....ckckckck.

Memang sulit sekali membedakan mana yang asli dan mana yang palsu atau pura-pura, mengingat semua tidak ada system garansi (tidak manjur uang 100% kembali) yang akhirnya banyak orang-orang tipis iman menjadi korban, demi suatu jalan pintas malah bukan menyelesaikan masalah, akan tetapi malah menimbulkan masalah yang lebih parah lagi. Tidak segan-segan si dukun atau paranormal menuntut suatu biaya ritual yang sangat mahal bahkan tidak masuk akal, semua itu dengan dalih bahwa "yang dia hadapi mahluk ghaib yang sakti dan sulit untuk ditundukan atau dengan alasan lain". Padahal semua itu gak lebih dari sebuah acting biar terlihat WAHH dan HEBAT sehingga si pasien akan lebih yakin dan takjub.

Hal yang bijaksana memang, mengingat kearifan local dan budaya bangsa ini, yang mana saya sendiri menyadari memang tidak semua permasalahan dalam hidup ini bias diselesaikan secara utuh dan menyeluruh hanya dengan menggunaan kajian akal logika semata. Hal-hal yang tidak kasat mata memang sangat sulit untuk diatasi, itulah yang kita sebut GHAIB atau tersembunyi.

Qur'an Surat Al Baqarah ayat 3:

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ

Artinya: Iaitu orang-orang yang beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, dan mendirikan (mengerjakan) sembahyang serta membelanjakan (mendermakan) sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Dalam surat tersebut dinyatakan memang dalam kehidupan di dunia ini ada yang nyata dan tidak nyata atau kasat mata "Ghaib" tetapi firman Allah menegaskan bahwa setiap orang yang beriman harus meyakini sesuatu yang disebut ghaib dan Allah SWT adalah Maha Ghaib yang mtlak harus kita yakini dan kita sembah.

Suatu definisi umum mengenai GHAIB adalah sesuatu yang tidak terlihat oleh mata, tidak bias diraba atau dipegang, akan tetapi bias kita rasakan kehadirannya. Contoh yang sederhana mengenai ghaib itu sendiri adalah "Rasa Cinta" sulit sekali untuk digambarkan secara visual apa itu cinta akan tetapi sangat dapat sekali kita rasakan kehadirannya dalam kehidupan kita, walaupun setiap orang merasakan lain dan berbeda-beda pengalaman terhadap rasa cinta tesebut, sehingga menghasilkan banyak definisi dan makna mengenai rasa cinta tersebut.

Pada dasarnya setiap benda atau mahluk ciptaan-Nya memiliki dua unsur yaitu nyata dan ghaib, contoh gula, secara nyata wujud gula kita dapat lihat, akan tetapi rasa manis dari gula tersebut sulitlah kita gambarkan secara visual dan hanya bias kita rasakan. Oh...adalagi fenomena ghaib yang kita semua hampir setiap saat merasakan dan mengalami kehadirannya, yaitu ANGIN....siapa yang bisa menggambarkan secara visul wujud dari angina tersebut? tetapi kita data merasakannya toh.

Dari kajian yang amat sederhana tersebut, jelas sudah bahwa GHAIB itu sesuatu yang sangat masuk akal sebenarnya dan bisa kita kaji dan pikirkan keberadaannya dan bagaimana harus menyingkapinya. Walaupun contoh-contoh tersebut diatas tidak dapat mewakili keseluruhan yang ada, akan tetapi dirasa cukup untuk kita memulai akan pemahaman terhadap sesuatu yang disebut ghaib.

Garis besarnya adalah bahwa ghaib hanya bisa dirasakan keberadaanya dan hanya terlihat oleh mata batin kita. Ketajaman mata batin kita tergantung dari amal ibadah serta laku lampah yang kita jalankan. Semakin tinggi tingkat keakwaan seseorang, semakin dia dapat merasakan bahkan kedekatan dirinya terhadap Yang Maha Ghaib, Sang Pencipta Alam Semesta Raya.

Lalu apa perbedaan antara Gahib dan Klenik?

Seperti yang sudah saya bahas diatas bahwa jelaslah bahwa apa itu yang dinamakan GHAIB dan jelas pula dalil baik secara nash dari firman Allah QS. Al Baqarah ayat 3 maupun secara aqliah atau kajian logisnya dan sangat mudah untk dicerna.

Sementara yang disebut "KLENIK" adalah sesuatu yang sifatnya kental dengan praktek perdukunan yang sifatnya takhayul bahkan sulit sekali dicarikan kajian logisnya. Sudah barang tentu tidak ada dasar secara hukum syar'i bahkan praktek perdukunan tersebut hukumnya haram.

DALIL PERDUKUNAN (KLENIK)

 Rasululloh Shalallohu Alaihi Wassalam bersabda:

"Barang siapa mendatangi Araaf (tukang tenun) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima sholatnya selama 40 hari. Shahih Muslim".

dari Abu Hurairah Radhiallohu anhu, dari Nabi, Beliau bersabda:

"Barang siapa mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang dikatakan, sesungguhnya ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhamad Shalallohu Alaihi Wassalam. HR. Abu Daud)"

 "Barang siapa mendatangi Araaf atau kahin dan membenarkan apa yang dikatakan, sungguh ia telah kafir, terhadap apa yang diturunkan Muhamad. Dishohihkan oleh Hakim".
 Dengan demikian, kita semua berharap semoga dngan ulasan yang singkat ini kita dapat lebih memahami dan memantapkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, sehingga kita terhindar dari tipu daya syaithan yang akan menjerumuskan kita ke dalam jurang kesesatan, amin ya Allah ya robbal alamin.

Mohon maaf kiranya bila dalam penulisan artikel ini masih banyak kesalahan baik kata-kata maupun tata bahasanya dan tidak ada maksud untuk menyinggung apalagi memojokan pihak-pihak tertentu. Atas saran dan kritiknya, saya ucapkan terima kasih dan semoga kita semua selalu diberkati Allah SWT amien.

Karawang, 19 November 2013


 


Minggu, 17 November 2013

Tawasul: Menembus Dimensi Kewalian

 

Kisah perjalanan para waliyulloh di era pertengahan maupun di zaman sekarang tak pernah sepi dari cerita yang sangat menakjubkan.

Walau berabad-abad yang silam mereka telah meninggalkan, pulang ke rahmatulloh, namun nama dan lakon hidup mereka masih tetap abadi dan terus di kenang sepanjang masa.

Tidak hanya itu, tempat dan atap di mana sosok seorang waliyulloh di kebumikan, niscaya tempat itu menjadi naungan para umat manusia dalam mencari berkah atau hanya berziarah.

Kisah hidup mereka dari berbagai ulasan ahli sejarah maupun dongeng para orang tua, menjadi suatu kajian berbagi kalangan dan pihak, khususnya umat Islam untuk terus mengembangkan berbagai ilmu dan pemahaman serta segala bentuk tingkah laku dan sifatnya untuk selalu ditiru. Sehingga dari keluasan ilmu yang pernah diajarkan oleh para waliyulloh masa lalu masih terus bermanfaat untuk kita di zaman sekarang.

Bercerita tentang sosok waliyulloh tentu kita banyak berkhayal karena terobsesi akan kelebihannya, baik dari segi karomah yang dimilikinya maupun dari kebersihan hati serta peran hidup sebagai derajat teragung di hadapan Alloh SWT.

Dalam konsep batin kita sebagai manusia di era modernisasi seperti sekarang ini, ingin sekali bertemu atau setidaknya bisa sedikit diberi perlindungan baik tentang keluasan ilmu maupun yang lainnya.

Namun sayangnya zaman kewalian sudah tidak bisa kita temui lagi, sehingga untuk mencari guru / mursyid yang bisa menuntun kita menuju puncak ma’rifatillah teramat sulit dan langka.

Lantas, masih adakah sosok waliyulloh di zaman ma’asi seperti sekarang ini? Mungkin jawabannya (masih ada) sebab setiap perputaran zaman ke zaman, titisan dari sifat Rosululloh SAW. Di muka bumi ini harus ada yang memegang, yaitu disebut dengan nama, “Quthbul Muthlak”
Tapi di manakah keberadaan mereka sebagai waliyulloh kamil bisa kita temui?… disinilah para umat manusia mulai kehilangan kontak.

Sebab bagaimanapun juga antara zaman kewalian dengan sekarang ini jauh sekali perbedaannya.
Di zaman wali, sosok waliyulloh dapat kita jumpai di berbagai daerah, karena derajat wali pada masa itu sangat ditampakkan oleh Alloh SWT. Sebagai Himmatul Ummat sosok manusia yang mempunyai kharisma dan karomah tinggi di hadapan ummatnya.

Sedangkan di zaman sekarang para waliyulloh, banyak menutup diri dari pandangan sifat manusia karena alasan fitnah.

Mengapa disebut fitnah? Mengulas realita zaman ke zaman, kehidupan manusia selalu berubah-ubah. Nah, seperti zaman sekarang ini misalnya, sifat manusia lebih terarah kepada sifat duniawiyah dan terbelakang dalam hal ilmu agama.

Segala argumen dan hujjah banyak memakai logika dan pikiran belaka, bukan dari hukum atau pemahaman ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, atau keluasan kitab para Ahlillah.
Sehingga dalam kenyataannya, umat manusia lebih banyak tertutup hati karena kebodohan akan ilmunya dan akhirnya Alloh SWT. Menjauhkan mereka dari orang-orang yang menjadi kekasih-Nya.
Lewat nukilan kitab para ulama khosois, seperti “IHYA ULUMUDDIN, TAFSIR QUR’AN AL-MUNIR, dan syarakh BUCHORI” banyak menerangkan: “mencari guru mursyid yang bisa menjalurkan suatu keselamatan dunia akherat di zaman sekarang, bagai KAL IBRITIL AHMAR / mencari microorganisme dalam tubuh kita sendiri”.

Karena saking sulitnya, sehingga 97% ummat manusia banyak yang mati dalam keadaan tersiksa, karena tidak membawa amal kebajikan yang memadai.
Memang sungguh sangat mengerikan para ummat manusia di zaman yang sudah terbilang akhir ini. Kita semua harus bekerja keras untuk mencapai tujuan mulia dihadapan Sang Kholik di akhir zaman nanti.

Sebagai ummat manusia yang penuh ke-dho’if-an, penulis ingin mengajak bersama-sama dalam meraih derajat mulia di sisi-Nya kelak, lewat jalan bertawassul.
Namun sebelum pembedaran tawassul ini penulis kupas secara detil, alangkah baiknya bila kita mulai membersihkan hati dari sifat yang kurang diridhoi-Nya, mulai dari sekarang.

Sebab, bagaimanapun semangatnya hidup kita dalam pembuktian suatu wujud ilmu, apabila hati kita belum bersih dari sifat riya, ujub, takabur, dan dipaksakan dalam melakukan setiap meritualkan amalan / wiridan, karena suatu alasan, ada tujuan tertentu, dan bila tujuan kita sudah terkabul, suatu amalan / wiridan ditinggalkannya lagi, maka apapun semangat hidup kita dalam hal keikhlasan hati belum terbilang bersih.

Nah untuk mengenal arti tawassul secara luas, misteri akan beberkan rahasianya, sehingga, walau zaman telah berubah dan syafa’at para nabi dan waliyulloh telah berkurang, semoga dengan bertawassul ini kita masih tetap bisa berhubungan dengan para waliyulloh hingga mencapai kesuksesan derajat termulia.

Tawassul atau wasilah, adalah suatu alat penghubung antara manusia hidup dengan orang yang sudah tiada (mati).

Dalam konsep, tawassul sering dilakukan di berbagai tempat peziarah maupun tempat peribadatan, seperti, saat akan memulai suatu dzikir, baca barjamzi, tahlilan dan sebagainya.

Biasanya, tawassul disini mempunyai saf / runtutan dari para nabi, malaikat, waliyulloh dan semua ahli kubur dan lainnya, namun untuk membuktikan bahwa bertawassul adalah suatu alat penghubung untuk yang dituju, harus mempunyai peraturan dan tata cara tersendiri.

Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di antaranya:
Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”
Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu menginginkannya”.

Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”.

Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.

Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”.

Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi,
“sesungguhnya derajat yang paling mudah didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya, maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.

Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.

Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”.

Semoga dengan pembedaran ini, kita semua bisa melaksanakannya dengan tulus ikhlas serta mendapatkan syafaat-Nya. Amin.

Mukasyafah Menembus Pembatas Dua Samudra

Ibnu Abbas RA di dalam menafsirkan ayat di atas (QS. az-Zumar/39; 42) berkata:

قَال: بَلَغَنِى أَنَّ أََرْوَاحَ الأَحْيَآءِ وَالأَمْوَاتِ تَلْتَقَى فِى الْمَنَامِ فَيَتَسَاءَلُوْنَ بَيْنَهُمْ, فَيُمْسِكُ اللهُ أَرْوَاحَ الْمَوْتىَ وَيُرْسِلُ أَرْوَاحَ الأَحْيَآءِ إِلَى أَجْسَادِهَا

“Telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya ruh orang hidup dapat bertemu dan berkomunikasi dengan ruh orang yang sudah mati di dalam mimpinya, kemudian ruh orang mati ditahan oleh Allah, sedang ruh orang yang sedang tidur dilepaskan kembali kepada jasadnya” . (Ibnul Qoyim, “Kitab ar-Ruh” ; 19)

Ibnu Abi Khaitam RA berkata di dalam penafsirannya atas firman Allah: “Wallaatii Lam Tamut fii Manaamihaa” (dan ruh yang belum mati di dalam tidurnya). berkata: “Allah memegang ruh orang yang mati dalam tidurnya, maka ruh orang yang hidup bertemu dengan ruh orang yang telah mati, mereka saling berkomunikasi dan saling mengenal. Kemudian ruh orang hidup dikembalikan ke jasadnya di dunia untuk meneruskan sisa hidupnya yang sudah ditentukan dan ruh orang yang sudah mati dikembalikan kepada jasadnya yang di tanah”. (Ibnul Qoyim, Kitab ar-Ruh : 19)

Alam jasmani dan alam ruhani ibarat dua samudra yang dibatasi daratan sehingga keduanya tidak dapat bertemu, akan tetapi dengan kehendak Allah suatu saat dibiarkan bertemu, seperti alam mimpi dan alam jaga. Sesungguhnya alam mimpi itu bagian dari alam barzah. Terbukti, seandainya orang yang bermimpi itu tersesat jalan di alam mimpinya hingga tidak dapat kembali ke alam jaga, maka bisa dibayangkan apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap jasad yang telah ditinggalkan kehidupan tersebut, tentunya segera diantar ke liang lahat. Allah menyatakan dua alam itu dengan firman-Nya:

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (19) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ

“Dia (Allah) membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian saling bertemu-Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui”. (QS. ar-Rahman/55; 19-20)

Dimensi jasmani disebut Basyariah, sedangkan dimensi ruhani disebut Nubuwah atau Risalah bagi seorang Nabi/Rasul, dan disebut Walayah (bagi orang beriman yang sholeh)”. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

“Katakan bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa”. (QS. Fushilat:/41; 6)

Yang dimaksud basyariah adaalah ‘Ruh kehidupan’ yang menghidupi ‘jasad kasar’ manusia, baik yang terbit dari kemauan (irodah) maupun kemampuan (qudroh). Basyariyah ini mencakup segala aspek kecerdasan manusia termasuk juga intelektual, spiritual dan emosional. Adapun yang dimaksud Nubuwah atau “walayah” adalah apa yang dimaksud dengan ayat di atas; يُوحَى إِلَيَّ Yuuhaa ilaiyya (diwahyukan kepadaku). Yaitu berupa wahyu atau ilham atau inspirasi yang masuk di dalam hati orang beriman yang datangnya dari urusan ketuhanan. Dengan walayah itu supaya manusia terbimbing mengikuti hidayah Allah sehingga jalan hidupnya berjalan mengikuti ‘ketetapan Allah’ sejak zaman azali.

Rasulullah SAW menyatakan hal itu dengan sabdanya: “Allah mendidikku dan Allah memperbaiki pendidikan-Nya kepadaku” (atau dengan kalimat yang searti). Sebagaimana juga yang dinyatakan Allah melalui firman-Nya:

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ

“Sesungguhnya Waliku ialah Allah yang telah menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia memberikan Walayah kepada orang-orang yang sholeh” . (QS.al-A’raaf: 7/196)

Dengan walayah berarti manusia mendapat dua ‘ruh kehidupan’, pertama dari seluruh aspek kecerdasannya sendiri dan kedua yang datang dari rahasia tarbiyah (pemeliharaan) Allah. Dengan walayah berarti manusia mendapatkan tingkat derajat atau Maqom di sisi Allah, meskipun maqom itu secara lahir merupakan buah ibadah dan perjuangan. Dengan maqom itu seorang hamba berpotensi mendapatkan fasilitas (syafa’at), baik secara ilmiah maupun amaliah yang hakekatnya merupakan sistem tarbiyah rahasia yang isinya berupa penjagaan, pertolongan dan pemeliharaan yang sumber asalnya datang dari warisan para Nabi dan para Rasul. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

العلمآء ورثة الأنبيآء
“Ulama’ adalah pewaris para Nabi” .

Untuk menghidupkan kehendak walayah, manusia terlebih dahulu harus mampu meredam kehidupan basyariyah, yang demikian itu dilakukan dengan tujuan semata-mata menggapai ridlo Allah. Itulah hakekat mujahadah di jalan Allah atau dengan istilah lain disebut “meditasi Islami”.

Ketika dengan mujahadah dan riyadhah yang dilakukan, seorang salik berhasil menghidupkan kehendak walayah—walaupun sedetik atau lebih singkat dari itu, maka berarti saat itu memasuki suatu kondisi seperti “alam orang mati” atau “alam orang tidur”. Sebagaimana yang dimaksud dengan ayat di atas: “Allahu Yatawaffal an-fusa Hiina Mautihaa” (QS. 39: Ayat 42), itulah yang dimaksud “mati dalam hidup”. Dalam keadaan seperti itu, orang tersebut berpeluang memasuki suatu potensi terjadinya interaksi ruhaniah, baik terhadap orang hidup maupun orang mati, namun itu manakala mujahadah dan riyadhoh tersebut sejak awal sudah dikondisikan dengan pelaksanaan tawasul secara ruhaniah kepada guru-guru ruhaniah baik yang hidup maupun yang sudah meninggal dunia.

Ketika proses pelaksanaan dzikrulah dilakukan oleh seorang salik dengan benar sehingga mampu melewati titik kulminasi antara dua alam, maka akan membuahkan suatu proses pemahaman hati yang disebut Fikir, lalu buah Fikir itu disebut Ibroh (kesimpulan). Yang dimaksud dengan Dzikir, Fikir dan Ibroh adalah tingkat pencapaian (maqamaat) yang harus dicapai oleh seorang hamba dalam rangka melaksanakan mujahadah dan riyadhoh di jalan Allah:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS.Ali Imran/191)

Setiap terjadi perpindahan dari satu tingkat kepada tingkat yang lain, dengan izin Allah seorang salik memasuki titik klimaks perjalanan ruhani, itulah batas alam lahir dan alam batin yang ada dalam jiwa manusia. Meskipun titik klimaks itu dialami hanya dalam waktu sangat singkat, yang keadaannya seperti antara sadar dan tidak sadar padahal sadar, saat-saat seperti itu merupakan kondisi yang sangat ditunggu-tunggu oleh para salik. Karena setelah masa klimaks itu terlampaui dan kesadaran berangsur-angsur kembali sempurna, segala sesuatu yang datangnya dari ‘urusan ketuhanan’ dapat terjadi diluar dugaan. Ketika pengosongan terkondisi dengan sempurna maka yang masuk setelah itu diharapkan datangnya dari urusan ketuhanan.

Dalam keadaan seperti itu, seorang salik dapat merasakan kenikmatan ruhani yang luar biasa yang tidak dapat digambarkan oleh suatu katapun. Kenikmatan ruhaniyah tersebut akan membekas seumur hidup. Demikian itu karena hati sang pengembara telah mendapatkan “Futuh” (terbukannya matahati) dari Tuhannya. Hati yang rindu telah menemukan ‘buah ibadah’ yang dipetik di dunia yang selanjutnya mampu dijadikan landasan untuk melanjutkan perjalanan. Dengan pengalaman spiritual itu, menjadikan mereka tidak lagi mudah tergoda oleh tipu daya setan yang selalu menghadang jalan ibadah.

Seperti itulah proses masuknya ‘ilmu rasa’. Pemahaman hati yang mampu menancapkan kenikmatan azaliah yang diturunkan di dunia fana yang terkadang menjadikan hati seorang hamba ‘mabuk cinta’ sehingga mendorongnya berbuat lebih mengutamakan urusan akherat daripada urusan dunia.

Pengalaman spiritual yang mampu menjadikan hati seorang hamba yakin terhadap Allah, rasul-Nya dan hari akherat. Ilmu batin yang menjadikan manusia mampu menindaklanjuti dan mengaplikasikan seluruh potensi kecerdasan secara lahir yang sudah dimiliki. Ilmu yang menjadikan manusia pandai berbuat untuk menata diri sendiri bukan hanya pandai berbicara untuk menata urusan orang lain. Keadaan yang dipaparkan di atas digambarkan Allah dengan beberapa ayat di bawah ini. Allah berfirman-Nya:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ – وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran * Dan urusan Kami hanyalah satu, bagai satu kedipan mata”. (QS. al-Qomar/54; 49-50)

Di dalam al-Qur`an Surat yang lain Allah telah menggambarkannya dengan lebih terperinci sebagaimana firman-Nya:

إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

“Ketika Sidroh diliputi oleh yang meliputi – Penglihatan tidak berpaling dan tidak melampaui – Sesungguhnya dia telah melihat sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar”. (QS. an-Najm/53; 16-18)

Lafad as-Sidroh dalam ayat di atas, menurut pendapat sebagian Ulama’ ahli tafsir, ialah asy-Syajaroh, yang berarti pohon. Yaitu pohon yang tumbuh di dalam hati sanubari seorang hamba. Sebagaimana termaktub dalam QS. Ibrahim; 24.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan, Kalimat yang baik seperti Pohon yang baik…..”. (QS. Ibrahim; 14/24)

Adapun secara khusus yang dimaksud lafad “Sidroh” adalah Sidrotul Muntaha. Sebagaimana firman Allah:
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهى
“Di Sidrotil muntaha”. (QS. 53; 14)

Sidrotulmuntaha adalah maqaamat (terminal) terakhir yang mampu dicapai indera (alat perasa) makhluk meskipun harus dengan bimbingan Wahyu. Artinya; setelah seorang hamba mampu melewati terminal tersebut, berarti ia akan memasuki dimensi yang berbeda. Yakni dimensi alam ruhaniah, di mana seorang hamba berpotensi berinteraksi dengan ruhani para guru-guru ruhaniah yang sudah wafat. Seperti orang berhasil membuka situs di alam mayapada (internet), kemudian ia melihat data, ketika ia berhasil men-download apa-apa yang dilihatnya ke dalam file yang ada di dalam hard disk computernya, maka proses perpindahan data dari situs ke dalam file tersebut adalah gambaran proses masuknya “Ilmu Laduni” dalam hati seorang murid yang dihasilkan melalui proses interaksi antara seorang murid dengan guru mursyidnya yang sudah mati atau disebut BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG MATI.

Hal tersebut bisa terjadi, bukan karena ruh orang mati hadir kembali di dunia, namun dengan izin Allah ruhani orang yang masih hidup berpotensi menembus dimensi alam barzah serta dapat memindahkan apa-apa yang disimpan di sana. Yang dipindahkan itu adalah atsar (tapak tilas ibadah) yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Atsar tersebut, walaupun pemiliknya sudah meninggal dunia akan tetap terjaga sampai hari kiamat di Lauh Mahfudz, sebagai sebuah diary yang nantinya dapat dibaca kembali oleh pemiliknya. Bagaikan situs yang bertebaran di mayapada, maka seorang hamba yang mampu mengakses dengan pelaksanaan tawasul kepada pemiliknya dapat memanfaatkan data maupun fasilitas yang tersimpan di dalamnya. Allah mengisyaratkan hal itu dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfudh)”. (QS. Yaasin; 12)

Jadi, salah satu buah yang bisa dipetik dari hasil sebuah proses interaksi ruhaniah antara murid dan gurunya adalah ‘ilmu laduni’ yang diwariskan oleh pemilik sebelumnya yaitu guru Mursyid yang ditawasuli, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Buah yang dipetik itu adalah bentuk transfer pemahaman hati, bukan ilmu pengetahuan secara aqliah dan juga bukan penampakan secara hayaliah. Inilah buah thoriqoh yang paling utama, maka jadilah kadang-kadang ilmu yang dimiliki para murid sama jenis dan sifat dengan ilmu yang dimiliki guru Mursyidnya.

Manakala buah yang didapatkan dari interaksi antara dua dimensi yang berbeda itu berupa penampakan-penampakan dalam bentuk gambar yang masih mengandung keraguan dalam hati, maka yang demikian itu bukan merupakan buah interaksi ruhaniah yang dicari. Akan tetapi hasil rekayasa sihir yang dimunculkan oleh setan jin di dalam hayal manusia yang tujuannya untuk menyesatkan perjalanan ibadah. Hal itu bisa terjadi, karena pelaksanaan tawasul tidak terbimbing oleh guru ahlinya. Akibat dari itu, orang tersebut hanya pandai berbicara tetapi tidak dapat mengetrapkan ilmunya dalam perilaku hidupnya sendiri. Allah memberikan gambaran orang tersebut dengan firman-Nya yang artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”.(QS.al-Hajj/11)

Empat Tingkatan Spiritual Islam

Firman Allah Ta’ala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 )

Begitulah bunyi firman Allah SWT, namun dalam perjalanan menuju kesempurnaan ibadah tersebut tidaklah semudah apa yang kita ucapkan, dimana bala tentara Iblis dan syaithan akan selalu berupaya untuk menghalang-halangi anak cucu Adam A.S. dalam menjalankan ibadahnya.
Perlu kita ketahui dan kita renungi, bahwa tidaklah sampai kita kepada kesempurnaan ibadah tanpa ada suatu keyakinan (iman) dan pemahaman yang kuat (ilmu). Dengan itu Allah mengutus para Nabi dan Rasulnya guna membimbing umat manusia menuju jalan Tuhannya.
Iman dan Ilmu harus berjalan seiring dan seimbang, dimana iman tanpa ilmu bagaikan berjalan di tempat yang gelap, keran ilmu itu sendiri merupakan pelita dalam menjalani kehidupan, begitu pun juga ilmu tanpa iman bagaikan berjalan tanpa arah tujuan.
Iman adalah mengantarkan kita kepada tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu ibadah kepada Allah SWT dan ilmu adalah merupakan sarana kita dalam menjalankan ibadah tersebut. Sebagai ilustrasi:

1. Iman tanpa ilmu bagaikan berjalan di tempat yang gelap
” Seseorang dengan keyakinannya yang sangat kuat akan menempuh perjalanan ke suatu tempat, akan tetapi dia tidak mengetahui dimana letak dan arah tempat yang akan dia tuju namun dia tetap saja berjalan sesuai dengan keyakinannya, niscaya orang tersebut tidak akan pernah sampai ke tujuan karena dia tidak mengetahui ilmu menuju ke arah tujuan tersebut”

2. Ilmu tanpa iman bagaikan berjalan tanpa arah tujuan
“Seseorang yang sangat pintar dan mengetahui berbagai macam keilmuan, akan tetapi dia tidak pernah tau kemana arah tujuan hidupnya dan untuk apa ilmu yang telah dikuasainya, maka ilmu tersebut hanya akan dikendalikan oleh hawa nafsunya sehingga tidak memberikan kemaslahatan bagi dirinya sendiri maupun sekitarnya”
Untuk itulah wajib hukumnya bagi kita sebagai umat Islam dalam menuntut ilmu baik ilmu lahiriah ataupu ruhaniah.

Tahapan dalam menuntut ilmu
  • Syari’at
  • Tarekat
  • Hakekat
  • Ma’rifat
Ilmu sebagai sarana ibadah dan wajib hukumnya bagi umat islam dalam menuntut ilmu, dimana sudah sangat jelas dari ayat Al Qur’an yang pertama Allah turunkan yaitu Surat Al Alaq, yang mana ayat pertama berbunyi “iqro” artinya baca. Sudah barang tentu dengan membaca kita akan mengetahui sesuatu, dengan mengetahui maka kita akan memahami  dan dengan memahami maka kita akan mengenal sesuatu tersebut dan tidak terkecuali mengenai Tuhan mu yaitu Allah SWT.

Syari’at
Menjalankan ilmu syari’at adalah mutlak dan wajib hukumnya sebelum menuju ke tingkatan selanjutnya, dimana panduannya yaitu Al Qur’an, Assunnah (Al Hadist) dan Ijtihad yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik yang berhubungan langsung dengan Allah (habluminallah), sesama manusia (habluminannas) maupun dengan alam semesta (hablumil’alam). Ilmu syari’at merupakan tahapan pertama dalam seuatu keilmuwan ruhani islam yang sering kita sebut dengan ilmu muamalah. Minimnya ilmu syari’at akan mudah sekali terjerumus atau dibelokan oleh tipu daya setan dalam menjalani proses tarekatnya. Ilmu syari’at yang dangkal bagaikan suatu pondasi bangunan yang rapuh dan mudah hancur.

Perumpamaan ilmu syari’at : Masih berupa kuliah – kuliah saja/Cerita-Cerita/Ceramah, Khotbah-khotbah, Jelas BELUM BERHASIL, karena BELUM DILAKSANAKAN, belum diperjuangkan secara gigih, (Baru pada taraf keyakinan ilmiah saja = ilmu yakin dan ainal yakin), oleh sebab itu BELUM TERUJUD ILMU TAUHID YANG SEBENAR – BENARNYA dan BELUM PULA MEMPEROLEH KEMENANGAN. ( Ilmu yakin dan ainal yakin adalah masih “dusta” belum lagi merupakan kebenaran yang Faktuil, HAQQUL yakin baru BENAR).

Tarekat
Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk ṭarīqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai ḥaqīqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
”Tarekat adalah  beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Perumpamaan ilmu Tarekat: Cara/Metode Pelaksanaan TEKNIS untuk mencapai HAKIKAT ILMU TAUHID itu, untuk mencapai HAQQUL YAKIN-nya; Tarikat adalah juga masa PEJUANGANNYA (jatuh bangun-nya dalam perjuangannya, dalam Pertempuran-nya melawan IBLIS, yaitu membersihkan DIRI yang BATHIN secara tuntas/total dari semua ANASIR ANASIR IBLIS, dari semua gelombang – gelombang dan pengaruh – pengaruh IBLIS dalam diri, barulah ia mendapat kemurnian TAUHID dalam ber – IBADATH dan dalam ber-AMAL, BARULAH TERCAPAI REALITA TAUHID yang sebenarnya yaitu : KEMENANGAN HAKIKI KEKAL DAN ABADI, karena Kalimah ALLAH TELAH PENUH BERSEMAYAM dalam DIRI BATHIN/HATI sanubarinya, hingga barulah ia mampu mencapai pelaksanaan SHALAT yang benar – benar Khusuk, yang membawa Kemenangan Dunia dan Akhirat.!Hadits Qudsi :
“Qaalalaahu ta’aalaa Lam yasa’nii ardhii wa laa samaa-ii wawasi’anii Qalbu’abdil mukminul layyinul waadi’u.”
Artinya : “Allah ta’ala berfirman : Tak dapat memuat Zat-Ku , Bumi dan Langit-KU; yang dapat memuat ZAT-KU, ialah hati hamba-KU yang Mukmin, Lunak dan Tenang” ( H.R. Ahmad dari Wahab bin Munabbih (= La allaakum Tuflihuun!)
Hakekat
Definisi menurut teori:
Perkataan hakikat dari kata haqq yang artinya kebenaran. Ilmu hakekat adalah ilmu mencapai kebenaran.
Nah yang ini adalah definisi menurut praktek (mudahnya):
(Kuliahnya sama dengan Syari’at pada nomor 1) tetapi sudah BERHASIL HAQQUL YAKIN, SUDAH TERUJUD/SUDAH MENJADI KENYATAAN ILMU TAUHID itu dan oleh karenanya SUDAH MENCAPAI KEMENANGAN, (sudah HAQQUL YAKIN dalam keyakinan dan dalam amalan) lihat nomor 2 diatas.
Ilmu Hakikat ini kelanjutan dari belajar tasauf atau Zikirullah, langsung otomatis menuju hakikat jika sudah mempelajari yang no.2. Silahkan dibaca di Tulisan “Belajar dari Ilmu Kelapa”. Jika dikiaskan, hakikat ini adalah mencapai proses santan, manfaatnya sudah kelihatan begitu nyata, namun tidak berhenti disini karena santan itu masih mudah busuk, harus diproses kembali agar menjadi “minyak” atau makrifat.

Ma’rifat
(telah TETAP ISTIQAMAH dalam REALITA ILMU TAUHID) Ia telah siap dalam PENERAPAN ILMU TAUHID yang sebenarnya dan KEHIDUPAN DUNIA AKHIRATH bagi DIRI dan kelilingnya dan seluruh JAGAD RAYA, karena : Dalam seluruh tubuhnya, dalam setiap tetes darahnya, dalam tiap gerak nafasnya dan tiap gerak gerik anggotanya, telah HADIR KALIMAH ALLAH (telah menyebar secara keseluruhan Kalimah Allah itu keseluruh tubuhnya, berpangkal dari sumbernya (HATI Sanubarinya), lihat diatas pada nomor 2 (TARIKAT).

Dan dengan Kalimah Allah yang telah berada dalam seluruh dirinya itu, yang dianugerahkan Allah padanya, ia mampu meneruskan pekerjaan pekerjaan RASULULLAH SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah dimuka bumi yaitu : Meneruskan membawa Rahmat Allah langsung dari Allah SWT, kepada seluruh Alam semesta, sesuai dengan Ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits – hadits Nabi, seperti yang tertera dibawah ini :

1. Q.S. Al Anbiyaa, Ayat 107 :
“WAMAA ARSALNAAKA ILLAA RAHMATAN LIL ‘AALAMIIN”
Artinya : “Kami tiada mengutus engkau (ya Muhammad),melainkan menjadi Rahmat untuk semesta alam.”
(Tiada Aku turunkan engkau ya Rasul kedunia, melainkan untuk membawa rahmat-KU keseluruh Alam, Langsung dari-Ku).

Orang seperti tersebut diatas yang mampu meneruskan pekerjaan – pekerjaan Rasulullah SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah dimuka bumi untuk meneruskan membawa Rahmat Allah pada seluruh alam semesta ( antara lain tidak akan datang kiamat, kalau masih ada orang – orang/yang benar benar berdzikir Allah, Allah) (H.R. Muslim).

Tentu saja Dzikir yang dimaksud adalah dzikir yang HIDUP dan BERJAYA yaitu dzikir dari orang – orang yang telah mencapai maqam sempurna Tauhid nya pada Allah SWT yaitu : dari Golongan II, III, IV, yang dewasa ini jarang sekali dapat ditemui! Bukanlah Dzikir dari orang orangdari golongan I, yang banyak sekali ditemui! Barang kali berjuta banyaknya! Tetapi tidak bertenaga/tidak berjaya akan Dzikirnya sama sekali, karena hanya berdzikir pada lidahnya saja, sehingga tidak dibalas Allah SWT, karena tidak memenuhi syarat Dzikir yaitu TIDAK MEMAKAI WASILAH ALLAH, yang menyampaikan Dzikirnya pada sisi Allah SWT.! Sehingga TIDAK TERBALAS.! (Guru Besar Sufi Prof. Dr. H.SS Kadirun Yahya Muhammad Amin, M.Sc.)

sumber: http://salwintt.wordpress.com/artikel/109-2/apakah-ilmu-hakekat-itu/