Minggu, 17 November 2013

Empat Tingkatan Spiritual Islam

Firman Allah Ta’ala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 )

Begitulah bunyi firman Allah SWT, namun dalam perjalanan menuju kesempurnaan ibadah tersebut tidaklah semudah apa yang kita ucapkan, dimana bala tentara Iblis dan syaithan akan selalu berupaya untuk menghalang-halangi anak cucu Adam A.S. dalam menjalankan ibadahnya.
Perlu kita ketahui dan kita renungi, bahwa tidaklah sampai kita kepada kesempurnaan ibadah tanpa ada suatu keyakinan (iman) dan pemahaman yang kuat (ilmu). Dengan itu Allah mengutus para Nabi dan Rasulnya guna membimbing umat manusia menuju jalan Tuhannya.
Iman dan Ilmu harus berjalan seiring dan seimbang, dimana iman tanpa ilmu bagaikan berjalan di tempat yang gelap, keran ilmu itu sendiri merupakan pelita dalam menjalani kehidupan, begitu pun juga ilmu tanpa iman bagaikan berjalan tanpa arah tujuan.
Iman adalah mengantarkan kita kepada tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu ibadah kepada Allah SWT dan ilmu adalah merupakan sarana kita dalam menjalankan ibadah tersebut. Sebagai ilustrasi:

1. Iman tanpa ilmu bagaikan berjalan di tempat yang gelap
” Seseorang dengan keyakinannya yang sangat kuat akan menempuh perjalanan ke suatu tempat, akan tetapi dia tidak mengetahui dimana letak dan arah tempat yang akan dia tuju namun dia tetap saja berjalan sesuai dengan keyakinannya, niscaya orang tersebut tidak akan pernah sampai ke tujuan karena dia tidak mengetahui ilmu menuju ke arah tujuan tersebut”

2. Ilmu tanpa iman bagaikan berjalan tanpa arah tujuan
“Seseorang yang sangat pintar dan mengetahui berbagai macam keilmuan, akan tetapi dia tidak pernah tau kemana arah tujuan hidupnya dan untuk apa ilmu yang telah dikuasainya, maka ilmu tersebut hanya akan dikendalikan oleh hawa nafsunya sehingga tidak memberikan kemaslahatan bagi dirinya sendiri maupun sekitarnya”
Untuk itulah wajib hukumnya bagi kita sebagai umat Islam dalam menuntut ilmu baik ilmu lahiriah ataupu ruhaniah.

Tahapan dalam menuntut ilmu
  • Syari’at
  • Tarekat
  • Hakekat
  • Ma’rifat
Ilmu sebagai sarana ibadah dan wajib hukumnya bagi umat islam dalam menuntut ilmu, dimana sudah sangat jelas dari ayat Al Qur’an yang pertama Allah turunkan yaitu Surat Al Alaq, yang mana ayat pertama berbunyi “iqro” artinya baca. Sudah barang tentu dengan membaca kita akan mengetahui sesuatu, dengan mengetahui maka kita akan memahami  dan dengan memahami maka kita akan mengenal sesuatu tersebut dan tidak terkecuali mengenai Tuhan mu yaitu Allah SWT.

Syari’at
Menjalankan ilmu syari’at adalah mutlak dan wajib hukumnya sebelum menuju ke tingkatan selanjutnya, dimana panduannya yaitu Al Qur’an, Assunnah (Al Hadist) dan Ijtihad yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik yang berhubungan langsung dengan Allah (habluminallah), sesama manusia (habluminannas) maupun dengan alam semesta (hablumil’alam). Ilmu syari’at merupakan tahapan pertama dalam seuatu keilmuwan ruhani islam yang sering kita sebut dengan ilmu muamalah. Minimnya ilmu syari’at akan mudah sekali terjerumus atau dibelokan oleh tipu daya setan dalam menjalani proses tarekatnya. Ilmu syari’at yang dangkal bagaikan suatu pondasi bangunan yang rapuh dan mudah hancur.

Perumpamaan ilmu syari’at : Masih berupa kuliah – kuliah saja/Cerita-Cerita/Ceramah, Khotbah-khotbah, Jelas BELUM BERHASIL, karena BELUM DILAKSANAKAN, belum diperjuangkan secara gigih, (Baru pada taraf keyakinan ilmiah saja = ilmu yakin dan ainal yakin), oleh sebab itu BELUM TERUJUD ILMU TAUHID YANG SEBENAR – BENARNYA dan BELUM PULA MEMPEROLEH KEMENANGAN. ( Ilmu yakin dan ainal yakin adalah masih “dusta” belum lagi merupakan kebenaran yang Faktuil, HAQQUL yakin baru BENAR).

Tarekat
Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk ṭarīqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai ḥaqīqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
”Tarekat adalah  beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Perumpamaan ilmu Tarekat: Cara/Metode Pelaksanaan TEKNIS untuk mencapai HAKIKAT ILMU TAUHID itu, untuk mencapai HAQQUL YAKIN-nya; Tarikat adalah juga masa PEJUANGANNYA (jatuh bangun-nya dalam perjuangannya, dalam Pertempuran-nya melawan IBLIS, yaitu membersihkan DIRI yang BATHIN secara tuntas/total dari semua ANASIR ANASIR IBLIS, dari semua gelombang – gelombang dan pengaruh – pengaruh IBLIS dalam diri, barulah ia mendapat kemurnian TAUHID dalam ber – IBADATH dan dalam ber-AMAL, BARULAH TERCAPAI REALITA TAUHID yang sebenarnya yaitu : KEMENANGAN HAKIKI KEKAL DAN ABADI, karena Kalimah ALLAH TELAH PENUH BERSEMAYAM dalam DIRI BATHIN/HATI sanubarinya, hingga barulah ia mampu mencapai pelaksanaan SHALAT yang benar – benar Khusuk, yang membawa Kemenangan Dunia dan Akhirat.!Hadits Qudsi :
“Qaalalaahu ta’aalaa Lam yasa’nii ardhii wa laa samaa-ii wawasi’anii Qalbu’abdil mukminul layyinul waadi’u.”
Artinya : “Allah ta’ala berfirman : Tak dapat memuat Zat-Ku , Bumi dan Langit-KU; yang dapat memuat ZAT-KU, ialah hati hamba-KU yang Mukmin, Lunak dan Tenang” ( H.R. Ahmad dari Wahab bin Munabbih (= La allaakum Tuflihuun!)
Hakekat
Definisi menurut teori:
Perkataan hakikat dari kata haqq yang artinya kebenaran. Ilmu hakekat adalah ilmu mencapai kebenaran.
Nah yang ini adalah definisi menurut praktek (mudahnya):
(Kuliahnya sama dengan Syari’at pada nomor 1) tetapi sudah BERHASIL HAQQUL YAKIN, SUDAH TERUJUD/SUDAH MENJADI KENYATAAN ILMU TAUHID itu dan oleh karenanya SUDAH MENCAPAI KEMENANGAN, (sudah HAQQUL YAKIN dalam keyakinan dan dalam amalan) lihat nomor 2 diatas.
Ilmu Hakikat ini kelanjutan dari belajar tasauf atau Zikirullah, langsung otomatis menuju hakikat jika sudah mempelajari yang no.2. Silahkan dibaca di Tulisan “Belajar dari Ilmu Kelapa”. Jika dikiaskan, hakikat ini adalah mencapai proses santan, manfaatnya sudah kelihatan begitu nyata, namun tidak berhenti disini karena santan itu masih mudah busuk, harus diproses kembali agar menjadi “minyak” atau makrifat.

Ma’rifat
(telah TETAP ISTIQAMAH dalam REALITA ILMU TAUHID) Ia telah siap dalam PENERAPAN ILMU TAUHID yang sebenarnya dan KEHIDUPAN DUNIA AKHIRATH bagi DIRI dan kelilingnya dan seluruh JAGAD RAYA, karena : Dalam seluruh tubuhnya, dalam setiap tetes darahnya, dalam tiap gerak nafasnya dan tiap gerak gerik anggotanya, telah HADIR KALIMAH ALLAH (telah menyebar secara keseluruhan Kalimah Allah itu keseluruh tubuhnya, berpangkal dari sumbernya (HATI Sanubarinya), lihat diatas pada nomor 2 (TARIKAT).

Dan dengan Kalimah Allah yang telah berada dalam seluruh dirinya itu, yang dianugerahkan Allah padanya, ia mampu meneruskan pekerjaan pekerjaan RASULULLAH SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah dimuka bumi yaitu : Meneruskan membawa Rahmat Allah langsung dari Allah SWT, kepada seluruh Alam semesta, sesuai dengan Ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits – hadits Nabi, seperti yang tertera dibawah ini :

1. Q.S. Al Anbiyaa, Ayat 107 :
“WAMAA ARSALNAAKA ILLAA RAHMATAN LIL ‘AALAMIIN”
Artinya : “Kami tiada mengutus engkau (ya Muhammad),melainkan menjadi Rahmat untuk semesta alam.”
(Tiada Aku turunkan engkau ya Rasul kedunia, melainkan untuk membawa rahmat-KU keseluruh Alam, Langsung dari-Ku).

Orang seperti tersebut diatas yang mampu meneruskan pekerjaan – pekerjaan Rasulullah SAW sebagai Khalifah Rasul dan Khalifah Allah dimuka bumi untuk meneruskan membawa Rahmat Allah pada seluruh alam semesta ( antara lain tidak akan datang kiamat, kalau masih ada orang – orang/yang benar benar berdzikir Allah, Allah) (H.R. Muslim).

Tentu saja Dzikir yang dimaksud adalah dzikir yang HIDUP dan BERJAYA yaitu dzikir dari orang – orang yang telah mencapai maqam sempurna Tauhid nya pada Allah SWT yaitu : dari Golongan II, III, IV, yang dewasa ini jarang sekali dapat ditemui! Bukanlah Dzikir dari orang orangdari golongan I, yang banyak sekali ditemui! Barang kali berjuta banyaknya! Tetapi tidak bertenaga/tidak berjaya akan Dzikirnya sama sekali, karena hanya berdzikir pada lidahnya saja, sehingga tidak dibalas Allah SWT, karena tidak memenuhi syarat Dzikir yaitu TIDAK MEMAKAI WASILAH ALLAH, yang menyampaikan Dzikirnya pada sisi Allah SWT.! Sehingga TIDAK TERBALAS.! (Guru Besar Sufi Prof. Dr. H.SS Kadirun Yahya Muhammad Amin, M.Sc.)

sumber: http://salwintt.wordpress.com/artikel/109-2/apakah-ilmu-hakekat-itu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar